Berdasarkan
pemetaan wilayah dan kondisi penduduknya, kecamatan Tapos yang merupakan
pemekaran dari kecamatan Cimanggis, banyak memiliki lahan tidur. Selain itu
kondisi warga Tapos banyak yang bekerja sebagai petani penggarap. Secara
ekonomi, petani penggarap tersebut memiliki ketergantungan dengan lahan orang
lain. Hal itu disampaikan oleh Camat Tapos Taufan Abdul Fatah di sela-sela
acara minggon sekaligus penebaran benih belut di Kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos,
Berangkat
dari hal tersebut, Taufan menyatakan, ingin memotivasi warga Tapos agar bisa
mandiri dengan melakukan budidaya belut. Menurutnya, banyak sekali orang yang
tidak tertarik pada budidaya ini. Dikarenakan susah atau repot membuat medianya
atau mungkin belum tampak besar dari sisi pendapatan ekonomi. “ Namun, setelah
dipelajari dan dikaji ternyata, budidaya belut mudah, murah dan berpotensi
menguntungkan di masa mendatang” ujarnya.
Untuk
mewujudkan rencana budidaya belut, Taufan bersama 50 warganya melakukan studi
banding ke petani belut di daerah Jonggol, Kabupaten Bogor. Alhasil, sekarang
sudah terdapat 20 petani belut di Kecamatan Tapos. Bahkan, ada seseorang warga
Cimpaeun bernama H. Asmat yang merelakan tanahnya untuk dijadikan proyek percontohan
budidaya belut. “ Budidaya belut untuk masyarakat ini, murni swadaya, tanpa
menggunakan dana APBD” ungkapnya.
Taufan
menjelaskan, media/bokasi dari budidaya belut semua sudah tersedia di Tapos.
Dalam membuat media tanam belut diperlukan lumpur tanah, kompos, pupuk kandang
(kotoran sapi/kambing) dan jerami. “Di Tapos terdapat Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) yang bisa diambil kotoran sapi atau kambingnya. Jadi warga tidak perlu
repot lagi untuk membuat media untuk belut ini, semua sudah ada di sini” jelasnya.
Lebih
lanjut, para petani belut akan dibagi menjadi kelompok-kelompok agar lebih
mudah dalam koordinasi dan pendampingan. Pihak kecamatan Tapos akan
memfasilitasi dengan Dinas Pertanian dan Perikanan serta Dinas Koperasi UMKM
dan Pasar agar memberikan pembinaan, pelatihan serta bantuan kepada para petani
belut itu. “Kami juga akan melibatkan PKK dalam budidaya ini, karena nantinya
belut tidak hanya di goreng, namun bisa dibuat makanan olahan seperti peyek dan
abon”.
Harapan
Taufan, agar langkah terobosan ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat Tapos. Motivasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekonomi
keluarga dan kemandirian warga.
Sementara
itu, H. Oman, salah satu petani belut mengatakan, saat melakukan studi banding
ke Jonggol, ia langsung tertarik dalam budidaya belut. Menurutnya, yang utama
dalam usaha adalah kemauan yang keras dan kesabaran. “Dengan modal 500 ribu
sampai 1 juta rupiah, kita sudah bisa membuat budidaya belut secara sederhana”
ujarnya.